Tradisi Unik Saat Ramadan - Ramadan adalah bulan spesial bagi umat Islam di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Karena Indonesia terdiri dari 38 provinsi, 1.340 suku, dan agama mayoritasnya adalah Islam, maka ada beragam tradisi khas dalam menyambut bulan Ramadan. Beberapa tradisi berikut ini adalah asimilasi kearifan lokal dengan nilai-nilai universal Islam seperti silaturahmi, berbagi kepada sesama, gotong royong, dan lain-lain.
Nyadran
Sumber gambar: Shutterstock
Nyadran atau Sadranan adalah kegiatan mengunjungi makam leluhur yang ada di suatu kelurahan atau desa. Tradisi ini kerap dilakukan secara kolektif oleh masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain untuk mendoakan arwah leluhur, Nyadran juga dimaksudkan sebagai sarana untuk mengingat kematian, melestarikan budaya gotong royong, menjaga silaturahmi antar tetangga atau masyarakat, lalu ditutup dengan tasyakuran dan makan bersama.
Munggahan
Sumber foto: okezone
Munggahan adalah tradisi khas umat Islam suku Sunda. Belakangan, tradisi ini tidak hanya dilakukan di Jawa Barat saja, tapi juga di Jakarta dan sekitarnya. Munggahan berasal dari kata unggah (naik), yang bermakna naik ke bulan yang suci. Kegiatan pada saat Munggahan biasanya adalah berkumpul bersama keluarga dan handai tolan, makan-makan dan doa bersama, ziarah ke makam keluarga, mengamalkan sedekah munggah, dan jalan-jalan ke tempat wisata.
Baca juga: Pasar Ramadan Kauman, Pasar Kuliner Dadakan di Yogyakarta
Pacu Jalur
Sumber gambar: Shutterstock
Jika Nyadran dan Munggahan adalah kegiatan informal, maka Pacu Jalur adalah event besar perlombaan mendayung yang diadakan di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Perlombaan ini diikuti oleh 50-60 peserta yang berasal dari berbagai latar belakang seperti petani, nelayan, buruh, pedagang, PNS, dan sebagainya. Pacu Jalur tidak hanya diadakan untuk menyambut bulan Ramadan saja, tapi juga saat memperingati Maulid Nabi, Idulfitri, 1 Muharram, dan hari-hari besar umat Islam lainnya.
Nyorog
Sumber foto: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta
Nyorog adalah kegiatan berbagi bingkisan untuk keluarga atau tetangga. Tradisi ini lazim dilakukan sebelum bulan Ramadan tiba oleh masyarakat Betawi sejak tahun 1800-an. Bingkisan yang diberikan biasanya berupa sembako yang berisikan beras, telur, gula, garam, teh, kopi atau makanan-makanan khas Betawi seperti gabus pucung, sayur babanci, soto tangkar, dan sebagainya.
Baca juga: 5 Negara ‘Muslim-Friendly’ Untuk Dikunjungi di Bulan Ramadan
Mandi Balimau
Sumber gambar: Shutterstock
Mandi Balimau adalah tradisi mandi dengan jeruk nipis atau limau yang lazim dilakukan oleh masyarakat Minangkau. Tradisi ini dilakukan di sungai atau pemandian sehari sebelum memasuki bulan puasa. Bagi masyarakat Minang, mandi di sungai memiliki makna penyucian diri lahir dan batin untuk menyambut bulan Ramadan yang suci. Kenapa menggunakan jeruk nipis? Karena pada zaman dahulu, sebelum adanya sabun, masyarakat Minang menggunakan jeruk nipis untuk menghilangkan kotoran di sekujur tubuh. Jadi, walaupun sudah dilakukan selama ratusan tahun, tradisi ini tetap dilestarikan setidaknya dengan salah satu simbol yang penting.
Baca juga: Garangao, Festival Ramadan di Qatar yang Mirip Halloween
Komentar