Kalau lagi jalan-jalan ke Cianjur tentu yang paling banyak orang kenal adalah berasnya yang pulen. Beras yang berasal dari Cianjur emang terkenal punya kualitas yang sangat bagus dan harum. Tapi, kali ini Mister bukan mau ngomongin beras Cianjur, melainkan ingin mengajak kamu jalan-jalan ke tempat yang sedikit punya aura mencekam dan bikin bulu kuduk merinding ketika. Mau tahu di mana?
Adalah Terowongan Lampegan yang merupakan salah satu terowongan kereta api tertua di Indonesia. Terowongan Lampegan ini berada di wilayah Kabupaten Cianjur dan merupakan terowongan kereta api pertama yang dibangun di Jawa Barat. Terowongan ini dibangun pada tahun 1879 – 1882 oleh Perusahaan Kereta Api Negara milik Hindia Belanda, Staatspoorwegen (SS).
Sumber foto: https://www.beritasatu.com/galeri-foto/2847-menyusuri-terowongan-kereta-api-tertua-di-jawa-barat.html
Kereta ini menghubungkan Batavia dengan Bandung via Bogor/Sukabumi. Asal nama Terowongan ini berasal dari percakapan orang Belanda waktu kereta api akan memasukin terowongan ini. Karena, gelap kondektur spur sering berteriak “Lamp a gan” yang artinya “nyalakan lampu”. Di telinga orang-orang Sunda waktu itu terdengar sebagai lampegan.
Terowongan yang gelap dan jarang dilewati oleh manusia memang memancarkan aura yang sangat mencekam. Ada cerita legenda yang terkenal di terowongan ini yakni, Nyi Sadea yang merupakan seorang penari ronggeng yang terkenal di daerah Priangan pada masa Hindia Belanda. Konon katanya, saat mengadakan pertunjukan di pesta peresmian Terowongan Lampegan ini, diundanglah ronggeng yang terkenal waktu itu, Nyi Sadea.
Nyi Sadea terkenal karena parasnya yang cantik juga tariannya yang lincah, maka diundanglah untuk menghibur pejabat Belanda dan menak-menak Priangan. Dikisahkan oleh buku Kisah Tanah Jawa, kemeriahan pesta tersebut digelar sejak sore sampai tengah malam. Pertunjukan diadakan di panggung kecil di mulut terowongan dengan penerangan lampu-lampu pijar. Nyi Sadea menari di bawah rintik hujan memakai kemben berwarna merah dengan selendang kuning, tak lupa sebuah mawar merah terselip di daun telinga yang menambah pesonanya.
Sumber foto (ilustrasi Nyi Sadea): https://www.boombastis.com/nyi-ratna-herang/88686
Menjelang malam, setelah pertunjukan selesai, hujan turun semakin deras. Nyi Sadea dan rekan menarinya berteduh di dalam terowongan sambil menunggu hujan reda bersama beberapa orang Belanda. Tak lama, Nyi Sadea mendengar suaranya dipanggil, ia kemudian berjalan memasuki terowongan, lalu muncullah kabut asap dan Nyi Sadea tiba-tiba menghilang. Para pejabat yang masih ada di lokasi langsung kaget dan lari terbirit-birit.
Sejak peristiwa itu, hilangnya Nyi Sadea masih menjadi misteri yang diperbincangkan hingga sekarang. Konon katanya, Nyi Sadea dijadikan tumbal dan jasadnya ditanam dalam tembok terowongan. Ada juga masyarakat setempat yang memercayai kalau Nyi Sadea telah “diperistri” oleh “penghuni” terowongan tersebut. Cerita hilangnya Nyi Ronggeng Sadea secara turun temurun hingga kini terus berkembang di masyarakat sekitar. Gimana? Berani gak uji nyali dengan berjalan kaki melintas di terowongan sepanjang 686 meter ini? Kalo Mister sih, udah ngacir duluan. Hiii…
Komentar