Duk duk duk duk duk. Allahu Akbar, Allahu Akbar. Di bulan puasa ini, kalau sudah dengar bunyi beduk yang diikuti adzan Maghrib, pasti kalian lega dan senang banget, kan? Setelah menahan lapar dan haus selama 11 jam, akhirnya kalian bisa berbuka puasa. Suara beduk memang menjadi salah satu hal yang dikangenin dan dinanti saat bulan puasa. Beduk begitu lekat dengan kehidupan umat Islam dan menjadi sarana pendukung di masjid-masjid. Pernahkah kamu bertanya-tanya, bagaimana asal-usul beduk? Dari mana ia berasal? Bagaimana ia bisa sampai ke Indonesia? Jawaban atas pertanyaan tersebut bisa kamu temukan pada ulasan di bawah.
Sebelum masuk ke pembahasan mengenai asal-usul beduk, simak dulu sekilas info tentang pembuatan beduk. Bahan dasar untuk membuat beduk adalah kayu dan kulit sapi. Kayu yang digunakan biasanya adalah kayu jati dan kayu trembesi yang diameternya mencapai 80 cm. Kayu tersebut mesti dikeringkan dulu.
Bagian dalam tengah kayu dilubangi hingga membentuk menyerupai tabung. Ujung-ujungnya lalu ditutup dengan kulit sapi. Sama seperti kayu, kulit sapi harus dijemur terlebih dahulu. Kulit sapi inilah yang membuat beduk dapat mengeluarkan suara nyaring. Selain kulit sapi, bisa juga digunakan kulit kambing. Kulit sapi untuk beduk yang berukuran super besar, sedangkan kulit kambing untuk beduk berukuran kecil.
Sumber: https://prelo.co.id/blog/bedug-sarana-komunikasi-masa-dulu-dan-masa-kini/
Tahukah kamu, beduk sebenarnya sudah digunakan oleh nenek moyang kita sejak zaman baheula? Tentu saja, saat itu masih belum bernama beduk dan bentuknya tidak seperti beduk yang kita kenal sekarang. Dulu, di zaman prasejarah alias zaman ketika manusia belum mengenal baca dan tulis, beduk hadir dalam rupa nekara. Itu adalah alat serupa genderang yang terbuat dari perunggu. Di sekelilingnya, terdapat ukiran dengan tema tertentu. Nenek moyang kita menggunakan nekara sebagai pelengkap dalam upacara keagamaan sekaligus sebagai maskawin. Nekara inilah yang diyakini sebagai cikal-bakal keberadaan beduk di Indonesia.
Perkembangan beduk pun berlanjut. Dari yang semula terbuat dari perunggu, beduk hadir dalam bentuk seperti yang kita sering lihat. Itu terjadi pada abad XIV ketika banyak kerajaan Hindu bermunculan di Indonesia. Saat itu beduk bernama teg-teg dan dibunyikan untuk mengumpulkan warga ketika hendak berperang serta sebagai peringatan akan datangnya bencana alam.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Nekara_Pejeng (diambil dari Marcin Konsek/Wikimedia Commons)
Berdasarkan dua catatan sejarah di atas, terlihat bahwa akar beduk berasal dari Indonesia. Itu memang benar. Namun, bangsa Tiongkok punya andil ketika beduk akhirnya digunakan di masjid. Saat itu, Laksamana Cheng Ho, seorang Muslim asal Tiongkok dan pasukannya melakukan ekspedisi untuk mengembalikan kejayaan kekaisaran China. Indonesia menjadi salah satu negara yang disinggahi Cheng Ho dan Semarang adalah kota yang ia tuju.
Pada waktu berada di Semarang, Cheng Ho menggunakan beduk sebagai alat untuk mengumpulkan para pasukannya untuk berbaris. Melihat Cheng Ho yang sering menggunakan beduk, ketika Cheng Ho menanyakan barang apa yang diinginkan raja Semarang sebagai hadiah perpisahan, sang raja menjawab bahwa ia hanya ingin mendengar suara beduk di masjid. Sejak itulah, beduk mulai banyak digunakan di masjid.
Patung Cheng Ho di depan Klenteng Sam Po Kong (sumber: http://comejourney.org/pookong/semarang-my-cherished-hometown-pookong/)
Penggunaan beduk di masjid kian populer pada era Wali Sanga hingga akhirnya meluas di seluruh Indonesia dan sering kita dengar suaranya menjelang buka puasa. Pada 1936, di muktamar Nahdlatul Ulama, beduk diresmikan sebagai bagian dari syiar Islam.
Itulah tadi ulasan tentang asal-usul beduk. Bermula dari nekara lalu berkembang menjadi beduk yang kemudian banyak dipergunakan di masjid. Sebelum mengakhiri artikel ini, Mister punya informasi menarik yang tentunya masih berkaitan dengan beduk. Ini tentang beduk terbesar di dunia.
Beduk Pendowo (sumber: https://koranyogya.com/bedug-ini-terbesar-se-asia-tenggara/) (foto oleh Endah)
Coba tebak, kira-kira, beduk terbesar di dunia ada di negara apa? Jawabannya adalah di Indonesia, yakni di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Beduk tersebut terletak di Masjid Agung Purworejo. Namanya beduk Kiai Bagelen atau disebut juga beduk Pendowo. Pada 1834 Masehi, beduk itu selesai dibuat bersamaan dengan selesainya pembangunan Masjid Agung Purworejo. Begug Kiai Bagelen terbuat dari pohon jati. Mau tahu ukurannya? Panjangnya 292 cm, diameter lingkaran depannya 194 cm, dan diameter lingkaran belakangnya 180 cm. Lihat, deh, gambarnya di atas. Gedhe banget, kan?
Komentar