Setelah minggu lalu Mister berbagi informasi seputar rekomendasi aktivitas wisata di Joga, kali ini Mister mau berbagi informasi seputar rekomendasi aktivitas wisata di Solo. Apa saja, sih, kegiatan seru yang bisa kalian lakukan saat travelling ke kota berjuluk The Spirit of Java itu?
1. Jalan-jalan ke Kampung Kauman
Sumber: http://www.batikbumi.net/2017/01/kampung-batik-kauman-solo.html (diambil dari Afrinaldi Zulhen|photography)
Lokasi Kampung Kauman seharusnya nggak sulit ditemukan. Pasalnya, kampung tersebut dekat dengan salah satu pusat keramaian Solo, yakni Pasar Klewer. Jaraknya hanya 4 menit dengan berjalan. Kampung Kauman merupakan surga bagi pecinta batik. Rumah-rumah di kampung tersebut yang berbentuk joglo dan limasan difungsikan sebagai industri batik.
Ada lebih kurang 30 industri batik yang tersebar di Kampung Kauman. Kalau berkunjung ke sini, kalian bisa melihat proses produksi batik, belajar membatik, dan tentunya belanja batik. Batik di Kampung Kauman diolah menjadi pakaian dan kerajinan tangan. Tiga macam batik yang dijual adalah batik cap, batik tulis, dan batik kombinasi (cap plus tulis). Harganya puluhan ribu sampai jutaan rupiah. Di sana juga ada museum batik.
Kampung Kauman diresmikan sebagai kampung wisata pada 2006. Konon, dulunya kampung tersebut merupakan tempat tinggal para abdi dalem Keraton Surakarta. Inilah yang membuat motif batik Kampung Kauman mengikuti pakem motif batik yang dikenakan di Keraton Surakarta.
2. Berkunjung ke Museum Pabrik Gula De Tjolomadoe
Awalnya bernama Colomadu, kini menjadi De Tjolomadoe. Awalnya berupa pabrik gula, kini menjadi jujukan wisata. Tidak sulit menemukan De Tjolomadoe. Jika kalian pergi ke Solo dengan naik pesawat dan mendarat di Bandara Adi Soemarmo, cukup berkendara selama 10—15 menit, kalian sudah sampai di De Tjolomadoe.
Colomadu adalah pabrik gula, sedangkan De Tjolomadoe adalah pabrik gula yang direvitalisasi menjadi museum. Di sana, kalian bisa melihat mesin-mesin raksasa yang pada masanya digunakan untuk memproduksi gula. Selain museum, bagian lain yang bisa kalian temukan di De Tjolomadoe adalah concert hall, art and craft area, dan food and beverage area.
Sumber: https://www.thejakartapost.com/travel/2018/04/10/de-tjolomadoe-the-new-destination-of-art-and-culture.html (by JP/Ganug Nugroho Adi)
Nama yang digunakan pada bagian-bagian De Tjolomadoe masih diambil dari nama bagian-bagian ketika kawasan tersebut masih berupa pabrik gula. Museumnya dinamakan Stasiun Gilingan. Art and craft area dinamakan Stasiun Karbonatasi. F n B area dinamakan Stasiun Ketelan.
Pabrik gula Colomadu berdiri pada 1861 pada masa kepemimpinan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunagara IV. Pada 1997, Colomadu berhenti beroperasi dan praktis pabrik tersebut menjadi bangunan tak terawat. Pada 2017, beberapa perusahaan yang tergabung dalam PT Sinergi Colomadu merevitalisasi pabrik gula Colomadu menjadi destinasi wisata yang kemudian dinamakan De Tjolomadoe. De Tjolomadoe diresmikan pada Maret 2018 dengan turut mengundang musisi David Foster.
3. Naik dan Turun Tangga di Grojogan Sewu
Sedikit melipir dari Solo, lebih kurang 1 jam perjalanan, kalian akan sampai di Grojogan Sewu di Kabupaten Karanganyar. Grojogan Sewu adalah objek wisata alam berupa air terjun. Di air terjun bisa naik dan turun tangga? Gimana cara?
Perjuangan untuk menikmati keindahan Grojogan Sewu bukanlah hal mudah. Ada ribuan anak tangga yang harus kalian lalui. Dari pintu masuk ke lokasi Grojogan Sewu, kalian harus menuruni 600-an anak tangga. Lelah habis menuruni tangga yang seakan gak ada habisnya, kalian akan disambut keindahan Grojogan Sewu.
Sumber: https://travel.detik.com/domestic-destination/d-3019994/kenapa-liburan-ke-grojogan-sewu-bikin-badan-kamu-lebih-sehat (by Kurnia/detikTravel)
Tanpa perlu nunggu lama, langsung keluarin ponsel pintar atau kamera, lalu ambil foto sebanyak-banyaknya. Di dekat situ ada jembatan kayu yang juga bisa kalian manfaatkan sebagai latar belakang foto. Puas mandangin Grojogan Sewu dan poto-poto syantek, saatnya makan. Di sana, ada penjual nasi kelinci. Cukup dengan membayar Rp10.000, kalian bisa menikmati lezatnya 10 tusuk sate kelinci beserta lontong.
Puas mandangin Grojogan Sewu, puas poto-poto syantek, puas makan sate kelinci, saatnya meniti anak tangga lagi. Kali ini lebih berat karena kalian bukan menuruni anak tangga, melainkan menaiki. Dari lokasi Grojogan Sewu ke pintu keluar, kalian harus menaiki 600-an anak tangga. Siap-siap capek. Siap-siap ngos-ngosan. Ketika hampir tiba di pintu keluar, kalian akan melihat spanduk yang bertuliskan, “Selamat Anda Telah Turun dan Menaiki 1.250 Anak Tangga. Semoga Tambah Sehat dan Sukses”.
4. Cuci Mata di Pasar Klewer
Sumber: https://www.surakarta.pro/pasar-klewer/
Berwisata tanpa belanja? Kurang lengkap, lah, ya. Kalau lagi di Solo dan pengen belanja pakaian, perginya ke mana? Ke Pasar Klewer, dong. Di pasar tekstil terbesar di Jawa Tengah itu, kalian bisa menemukan berbagai jenis pakaian, khususnya yang terbuat dari kain batik. Tahu nggak, motif batik apa yang paling laris diburu di Pasar Klewer? Motif alam. Kenapa? Itu karena Presiden RI Jokowi yang juga asli Solo sering mengenakan batik bermotif alam.
Apakah bisa dapat harga murah kalau belanja di Pasar Klewer? Bisa banget, asalkan kalian pintar menawar. Ya, di pasar ini, kalian sangat diperbolehkan untuk menawar. Jika bargaining skill kalian oke, maka kalian bisa dapet barang yang kalian inginkan dengan harga terjangkau. Terus, kalau kalian malas atau udah bosan belanja pakaian, kalian bisa berganti belanja makanan di area luar pasar. Di sana kalian akan menemukan para pedagang yang menjajakan makanan tradisional, seperti nasi liwet, tengkleng, gethuk, dan serabi.
Kenapa dimakan Pasar Klewer? Pada masa pendudukan Jepang, kawasan yang kini menjadi Pasar Klewer digunakan sebagai tempat berdagang kain batik. Para pedagang yang umumnya wanita itu meletakkan kain-kain batik di pundak mereka yang membuat kain-kain tersebut saling menjuntai ke lantai. Nah, orang Jawa punya istilah lain untuk “menjuntai”, yakni kleweran.
5. Kenyangin Perut di Timlo Sastro
Timlo Sastro adalah warung makan legendaris di Solo yang menjual timlo. Alm. Pak Sastro, pemilik warung tersebut sudah berjualan sejak 1952. Kini, usaha warung makannya diteruskan oleh anak-anaknya. Kalian bisa menemukan Timlo Sastro di sudut belakang Pasar Gede.
Apa, sih, timlo itu? Banyak yang menyebut timlo sebagai perpaduan sup dan soto. Kuahnya bening seperti kuah sup dan rasanya segara seperti soto. Isian timlo bermacam-macam, lho. Ada ati, ampela, telur, irisan ayam, irisan martabak telur, dan usus. Satu porsi timlo di Timlo Sastro dihargai Rp12.000. Gak mahal, kan? Kalau mau beli pahe alias paket hemat, kalian cukup bayar Rp6.500. Isi dari timlo pahe adalah nasi dan irisan ayam saja.
Sumber: http://www.madangwae.com/2016/07/timlo-sastro-pasar-gede.html
Timlo Sastro di Pasar Gede adalah pusatnya. Cabangnya ada di Jalan Wahidin di daerah Penumping. Kalau cabangnya buka sampai pukul 22.00 WIB, yang di pusat hanya buka sampai pukul 15.30 WIB. Habis nggak habis, pukul 15.30 WIB harus tutup. Demikian aturan yang dibuat alm. Pak Sastro.
Oh, ya, saat menyantap timlo di Timlo Sastro di Pasar Gede, kalian akan ditemani iringan musik keroncong dan campursari dari sekelompok pengamen. Yang unik adalah kelompok pengamen tersebut menamai diri mereka Orkes Keroncong Timlo Sastro.
Komentar