Benteng Fort Rotterdam Makassar – Benteng bersejarah satu ini merupakan peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo yang letaknya berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Kalau kamu datang berkunjung ke sini, kamu pasti dengan mudah mengenali benteng ini. Hah, kenapa gitu Mister? Karena benteng ini mempunyai tembok tebal berukuran dua meter yang dilapisi warna hitam dan berdiri kokoh setinggi lima meter. Jika di lihat dari sisi atas, Benteng Fort Rotterdam, atau dikenal juga dengan nama Benteng Ujung Pandang ini memiliki bentuknya menyerupai penyu yang merayap menuju laut sehingga benteng ini kerap pula disebut Benteng Penyu.
Sumber gambar: shutterstock
Benteng ini dibangun pada 1545 oleh Raja Gowa ke-10 yang Bernama Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung dengan gelar Karaeng Tunipalangga Ulaweng. Awalnya, Benteng Fort Rotterdam Makassar ini dibangun dengan bentuk segi empat seperti ciri khas benteng ala Portugis. Namun, ketika Kerajaan Gowa-Tallo menyerah setelah menandatangani Perjanjian Bongaya pada abad ke-17, Benteng Fort Rotterdam jatuh ke tangan Belanda dan dibangun kembali oleh VOC menjadi seperti saat ini. Saking besar dan megahnya, benteng ini mempunyai 16 bangunan dengan arsitektur gaya Eropa yang berderet mengelilingi dinding dalam benteng. Semua bangunan menggunakan atap berbentuk pelana dengan kemiringan yang tajam dan memiliki banyak pintu dan jendela.
Baca juga: Penuh Misteri! Lukisan ‘Alien’ Gua Kontilola di Tanah Papua
Sumber gambar: shutterstock
Riwayat Benteng Fort Rotterdam
Dulu, benteng ini dibangun dengan material berupa tanah liat. Kemudian pada 1634, ketika periode pemerintahan Sultan Alauddin, konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang mengalami kerusakan fatal akibat serbuan VOC di bawah pimpinan Cornelis J. Speelman antara 1655-1669.
Kala itu, Kerajaan Gowa-Tallo yang diperintah oleh Sultan Hasanuddin, terpaksa menyerahkan Benteng Ujung Pandang kepada Belanda. Penyerahan ini adalah bagian dari Perjanjian Bongaya yang terpaksa ditandatangani Sultan Hasanuddin setelah kalah dalam Perang Makassar. Setelah jatuh ke tangan Belanda, Benteng Ujung Pandang kemudian diganti namanya menjadi Benteng Fort Rotterdam, sesuai nama kelahiran Speelman.
Speelman kemudian membangun kembali benteng yang sebagian bangunannya telah hancur dengan gaya arsitektur Belanda. Sejak saat itu, Benteng Fort Rotterdam menjadi pusat kekuasaan kolonial Belanda di Sulawesi.
Baca juga: Intip Kokohnya Benteng Marlborough di Bengkulu
Sumber gambar: shutterstock
Bangunan Bastion di Benteng Fort Rotterdam
Situs ini awalnya memiliki enam bastion yang dikelilingi oleh benteng setinggi tujuh meter dan parit sedalam dua meter. Akan tetapi, saat ini hanya tinggal lima bastion yang terlihat dan di dalamnya masih berisi meriam, di antaranya: Bastion Bone, terletak di sebelah barat Bastion Bacan, terletak di sudut barat daya Bastion Buton, terletak di sudut barat laut Bastion Mandarsyah, terletak di sudut timur laut Bastion Amboina, terletak di sudut tenggara Sementara bastion yang tidak terlihat lagi bernama Bastion Ravelin. Kompleks Benteng Rotterdam merupakan lokasi berdirinya sejumlah bangunan bergaya kolonial dan pintu gerbang, sumur kuno, parit, serta tembok yang mengelilingi bangunan.
Baca juga: Menapaki Jejak Histori di Benteng Pendem Van Den Bosch
Sumber gambar: shutterstock
Isi Bangunan dari Benteng Fort Rotterdam
Kalau kamu masuk ke dalam benteng ini, terdapat 13 bangunan yang 11 diantaranya adalah bangunan original/asli dari abad 17 dan dua diantaranya didirikan pada masa pendudukan Jepang.
Pada Sisi utara, bangunan-bangunan tertua dari tahun 1686, yang meliputi kediaman gubernur, kediaman saudagar senior, kapten, dan sekretaris, dengan beberapa bangunan penyimpanan senjata. Kemudian di sisi selatan, yang awalnya digunakan sebagai tempat penyimpanan, kini juga dijadikan museum. Pada sisi timur, menjadi perpustakaan kecil, yang menampilkan buku-buku Belanda kuno, log kapal kapten VOC, dan manuskrip lontar kuno. Selanjutnya, di lantai dasar bangunan, yang terletak di sudut tenggara benteng, dulunya adalah penjara. Sedangkan penjara Pangeran Diponegoro terletak di Bastion Bacan.
Selain berkunjung melihat-lihat benteng secara gratis, kamu juga bisa datang le Museum La Galigo, lho. Kamu bisa mempelajari sejarah dan budaya Sulawesi Selatan dari masa prasejarah hingga modern. Museum itu memiliki banyak koleksi fosil bebatuan dan senjata-senjata kuno milik masyarakat Sulawesi Selatan. Ada juga miniatur kapal Phinisi, yang menunjukkan budaya melaut orang Sulawesi Selatan. Di sekitar benteng terdapat galeri seni, toko souvenir, dan toko yang menjual buku-buku hikayat dan sejarah kepahlawanan kota ini. Sebuah destinasi wisata sejarah yang lengkap dan menambah pengetahuan.
Jika kamu mau menikmati beragam aktivitas wisata yang menarik di Indonesia, Kamu bisa memesan pake tur dan aktivitasnya di Mister Aladin lewat fitur AladinXplore. Terdapat banyak sekali pilinan yang menarik aktivitas liburan se-Indonesia.
Baca juga: Wisata Mistis di Benteng Vredeburg yang Terkenal Angker. Masih Berani Mampir?
Komentar