Imlek sudah berlalu. Saatnya merayakan Cap Go Meh yang merupakan puncak Imlek. Cap Go Meh dirayakan 15 hari sesudah Imlek. Festival Cap Go Meh di Singkawang, Kalimantan Barat termasuk dalam agenda wisata tahunan Wonderful Indonesia. Pada festival tersebut, kamu bisa menyaksikan pawai lampion, replika naga, dan tatung. Seseru apa Festival Cap Go Meh di Singkawang? Simak ulasannya di bawah ini.
Sebelum membahas Festival Cap Go Meh di Singkawang, boleh, ya, Mister jelasin dulu soal sejarah Cap Go Meh. Cap Go Meh berasal dari bahasa Tionghoa dialek Hokkien. Cap go berarti 15, sedangkan meh berarti malam. Jadi, artinya malam ke-15.
Berdasarkan kalender China, hari ketika Cap Go Meh dirayakan merupakan hari terakhir dalam bulan pertama. Berdasarkan kalender Masehi, Cap Go Meh dirayakan 15 hari setelah Imlek dan pada tahun ini jatuh pada 9 Februari 2020 lalu.
Dulu, pada masa Dinasti Han (206 SM – 221 M), Cap Go Meh adalah perayaan elite. Cuma kalangan tertentu, misalnya kerabat raja yang boleh ngerayain. Rakyat biasa mah nggak boleh ikutan. Tapi, aturan itu berubah pada masa Dinasti Tang (618 M – 907 M).
Sumber: http://ourtraveling.id/2018/03/04/tertawan-pesona-cap-go-meh-singkawang/
Rakyat pada akhirnya boleh ikutan ngerayain Cap Go Meh. Nggak ada lagi ceritanya Cap Go Meh khusus untuk kalangan elite. Dan, pastinya, perayaannya jauh lebih meriah. Ada perarakan lampion, pertunjukan barongsai dan tari naga, serta aneka permainan yang menghibur.
Sekian sejarahnya. Sekarang, back to the topic: Festival Cap Go Meh di Singkawang. Sebenarnya, Cap Go Meh nggak cuma digelar di Singkawang. Kota-kota lain di Indonesia juga merayakannya. Tapi, cuma Cap Go Meh di Singkawang-lah yang masuk dalam 100 Calendar of Events Wonderful Kementerian Pariwisata Indonesia.
Ada tiga atraksi utama pada Festival Cap Go Meh di Singkawang, yakni perarakan lampion, perarakan replika naga, dan perarakan tatung.
Gemerlap lampion (sumber: https://twitter.com/jeeliazer/status/701111256439074816)
Lampion yang diarak ukurannya cukup besar, bentuknya macam-macam, dan pastinya berwarna-warni. Pada Festival Cap Go Meh di Singkawang 2018 lalu, terdapat 20.000-an lampion yang diarak. Banyak juga, ya! Selain diarak, lampion-lampion juga digantung di rumah-rumah warga.
Lanjut ke perarakan replika naga. Terdapat 12 replika naga yang diarak dan sebelum diarak, replika naga tersebut harus “mengikuti” ritual buka mata. Ritual ini dimaksudkan untuk mengundang roh naga dari kahyangan untuk turun ke bumi dan masuk ke replika-replika naga.
Ritual buka mata dilakukan seorang tatung. Ia membaca mantera, lalu memberikan tanda merah pada mata replika naga. Itu berarti replika naga sudah dirasuki roh naga dan itu dipercaya dapat menjaga Kota Singkawang tetap aman. Sehari sesudah diarak, kedua belas replika naga dibakar di halaman wihara.
Memberi tanda merah pada replika naga (sumber: https://www.indonesia-heritage.net/2018/03/02/buka-mata-naga-cap-go-meh-di-singkawang/)
Selanjutnya ada perarakan tatung. Ini, nih, yang paling diminati dari Festival Cap Go Meh. Di paragraf sebelumnya, Mister menuliskan tatung dan kamu mungkin bertanya-tanya, apa itu tatung. Tatung adalah manusia yang dirasuki roh dewa.
Kalau ada seorang anak yang jadi tatung, biasanya orantuangnya atau neneknya sudah pernah menjadi tatung. Saat Cap Go Meh berlangsung, para tatung mengenakan pakaian layaknya dewa-dewi. Mereka duduk di atas tandu dan diarak sepanjang jalan dengan iring-iringan musik.
Perarakan tatung digelar sebagai ritual “cuci jalan”. Tujuannya adalah untuk menghindarkan warga Singkawang dari malapetaka. Sebelum diarak, para tatung harus berpuasa. Mereka tidak boleh mengonsumsi makanan yang mengandung daging.
Tatung yang tengah diarak (sumber: https://www.thejakartapost.com/travel/2019/02/23/singkawang-celebrates-cap-go-meh-showcasing-super-power-of-tatung.html // by JP/Severianus Endi)
Yang bikin menarik, selama perarakan, tubuh para tatung ditusuk benda-benda tajam. Sakitkah? Rasanya nggak, karena mereka sudah dirasuki roh. Tempat duduk mereka saat di tandu pun bukan tempat duduk biasa, melainkan kursi yang terbuat dari pedang. Idihhh…..
Meskipun Cap Go Meh diperuntukkan bagi warga keturunan Tionghoa, di Singkawang, semua warga ikut berpartisipasi, termasuk suku Dayak. Festival Cap Go Meh di sana berlangsung meriah. Jalanan berubah bak lautan manusia. Wisatawan dari luar pulau, bahkan luar negeri turut berdatangan.
Komentar