Kota gudeg. Begitulah orang menjuluki Yogyakarta. Banyak wisatawan yang datang ke sana yang nggak ingin melewatkan kesempatan menikmati lezatnya gudeg. Kalau ditanya tempat makan gudeg paling recommended di Jogja, sebagian besar tentu menjawab gudeg Yu Djum. Ya, gudeg yang satu itu memang sangat terkenal dan legendaris. Lantas, bagaimana awal mula usaha gudeg Yu Djum hingga bisa terkenal seperti sekarang? Simak di bawah ini.
Nama gudeg Yu Djum berasal dari nama pendirinya, almarhumah Djuwariah Darmosuwarno. Sebagai bentuk penghormatan, saat Djuwariyah meninggal pada 2016 lalu, seluruh cabang gudeg Yu Djum di Jogja tutup. Total terdapat 12 cabang gudeg Yu Djum di Jogja dan Jawa Tengah.
Salah satu cabang gudeg Yu Djum di Jogja ada di sentra gudeg di Jalan Wijilan. Lokasinya nggak jauh dari keraton. Namanya saja sentra gudeg, jadi, banyak penjual gudeg lain di sana. Di Jalan Wijilan itulah, Yu Djum memulai usaha gudegnya. Jalan itu menjadi saksi perjuangan Yu Djum merintis usaha gudeg hingga kini bisa sukses.
Sumber: https://gudeg.net/direktori/5923/gudeg-yu-djum-wijilan.html
Kamu pasti setuju, dong, bahwa kesuksesan nggak bisa diraih lewat jalan pintas? Ini juga yang dialami Yu Djum. Ia harus melalui perjuangan berat sebelum gudegnya dikenal banyak orang. Bersama suaminya Suandi Darmosuwarno, ia menjalankan usaha gudeg sejak 1950. Suandi yang memasak dan Yu Djum yang menjual.
Sekarang kamu tahu, kan, bahwa Yu Djum bukan satu-satunya pendiri gudeg Yu Djum. Ada pula suaminya yang bekerja di “balik layar” yang bertugas memasak. Namun, karena yang dipakai sebagai nama adalah Yu Djum, akhirnya dia lebih terkenal.
Saat pertama kali berjualan gudeg, setiap pagi Yu Djum harus berjalan sambil menggendong dagangannya dari Barakan, rumah kontrakanya menuju Jalan Wijilan, tempatnya berjualan. Di sana, ia membuka lapak kecil untuk menjajajakan gudeg. Jika belum habis, ia membungkus gudeg-gudeg tersebut dan dititipkan pada penjual di pasar.
Sumber: http://gudegyudjumpusat.com/galeri
Sebelum menjadi penjual gudeg, Yu Djum bekerja dengan menjual rumput pakan ternak dan kayu bakar ke tetangga-tetangganya. Merasa perlu untuk untuk meningkatkan taraf hidup, Yu Djum memutuskan untuk banting setir menjadi penjual gudeg. Uang tabungannya ia belikan alat memasak.
Dibantu suaminya yang kebetulan jago memasak, perlahan tapi pasti, Yu Djum merintis usaha gudeg. Begitulah awal mula gudeg Yu Djum. Berkat keuletan dan semangat pantang menyerah, Yu Djum dan suaminya berhasil mendirikan warung gudeg Yu Djum pertama pada 1985. Kini, sudah banyak cabang gudeng Yu Djum di Jogja dan sekitarnya.
Sepeninggal Yu Djum, anak dan cucunyalah yang kini melanjutkan usahanya. Uniknya, Yu Djum nggak mewariskan resep tertulis pada anak dan cucunya. Resep tersebut ia wariskan secara lisan. Jadi, mau nggak mau, anak cucunya harus menghapalkan resep itu.
Keunikan lain dari gudeg Yu Djum adalah cara memasaknya yang masih mempertahankan cara tradisional, yakni dengan kayu bakar. Dapur tempat memasaknya pun masih seperti dapur zaman dulu.
Sumber: https://gudegyudjumpusat.com/galeri
Harga paling murah satu porsi gedug Yu Djum adalah Rp17.000. Itu terdiri dari nasi, krecek, tahu atau tempe bacem, telur bebek, dan tentunya sayur gudeg itu sendiri, yakni nangka muda berbumbu yang dimasak dengan santan.
Kalau pengen lauk ayam, harganya berkisar Rp20.000—Rp45.000. Saat makan di tempat, nasi gudeg disajikan di atas ingke yang dilapisi daun pisang. Kalau pengen take away, disediakan nasi gudeg yang dikemas dalam besek, kendil, dan kaleng.
Sumber: http://gudegyudjumpusat.com/
Nangka muda alias gori yang digunakan di gudeg Yu Djum berasal dari Purworejo. Saat sedang ramai pengunjung, dalam 1 hari, bisa habis 1 ton gori. Banyaknya... Untuk telurnya, menggunakan telur bebek. Nggak kalah banyak dari nangka muda, jumlah telur yang dimasak dalam 1 hari berkisar 5.000--10.000 butir!
Sementara itu, ayam yang digunakan adalah ayam kampung betina. Bagi orang dari luar Jogja, khususnya Jawa Timur, mungkin rasa gudeg Yu Djum terlalu manis. Namun, bagi orang Jogja dan Jawa Tengah, manisnya gudeg Yu Djum terasa pas.
Komentar