Indonesia punya ribuan suku bangsa dan budaya dengan keunikannya masing-masing. Nggak mengherankan juga jika dalam suatu pulau atau provinsi, ada wilayah dengan budaya yang sama sekali berbeda dengan wilayah sekitarnya. Salah satu tempat wisata di Bali yang punya daya tarik budaya adalah Desa Trunyan, sebuah desa yang hanya dapat dijangkau dengan perahu dari dermaga Kedisan. Desa Trunyan terkenal dengan budaya pemakamannya yang unik sekaligus agak ngeri-ngeri sedap bagi wisatawan, yaitu Mepasah. Saking uniknya, banyak pengunjung yang mencari tempat wisata di Bali rela menempuh perjalanan jauh ke Desa Trunyan. Penasaran, kan, apa itu Mepasah?
sumber: visitbali.id
Tradisi Mepasah
Mepasah adalah tradisi pemakaman yang telah berlangsung berabad-abad di Desa Trunyan. Di Desa Trunyan, jika salah satu penduduk meninggal, jasad penduduk tersebut tidak akan dikremasi seperti umumnya jasad orang yang meninggal di Bali. Namun, jasad penduduk akan diletakkan di dekat pohon Taru Menyan, sebuah pohon yang telah berdiri selama ribuan tahun dan menyebarkan aroma wangi. Aroma dari pohon inilah yang menjadi alasan mengapa jenazah tidak akan berbau busuk meskipun dibiarkan.
Namun, bukan berarti jenazah serta-merta langsung diletakkan di bawah pohon, lho, Aladiners! Sebelum jenazah diletakkan, akan dilakukan upacara pembersihan terlebih dahulu. Kemudian, jenazah akan dimandikan dengan air hujan. Barulah setelah itu, jenazah diletakkan di dalam lubang sedalam 10-20cm untuk mencegah pergeseran jenazah akibat kontur tanah. Setelah jenazah diletakkan, pelindung yang dikenal dengan nama ancak saji juga turut didirikan untuk mencegah jenazah dimakan oleh binatang buas.
Sesuai kepercayaan adat setempat, satu pohon Taru Menyan hanya dapat menampung 11 jenazah. Jika ada jenazah baru yang perlu ditempatkan, jenazah paling lama akan dipindahkan. Jenazah juga baru dapat dipindahkan jika sudah hancur secara alami. Tulang badan, tangan, dan kaki diletakkan di samping pintu gerbang makam, sementara tengkorak kepala diletakkan secara berjajar dalam sebuah fondasi batu.
Syarat Pemakaman Mepasah
Namun, tidak semua jenazah di Desa Trunyan dimakamkan secara Mepasah. Pemakaman secara Mepasah hanya akan dilakukan jika seseorang meninggal secara wajar dengan anggota tubuh yang masih utuh. Namun, jika seseorang meninggal secara tidak wajar, seperti karena kecelakaan atau bunuh diri, jenazah akan dimakamkan dengan cara dikebumikan. Jenazah anak-anak juga dimakamkan dengan cara dikebumikan.
Mengunjungi pemakaman di Desa Trunyan mungkin akan terasa menyeramkan buat beberapa orang. Namun, buat kamu yang ingin mencoba mempelajari budaya baru sambil mengasah adrenalin di Pulau Dewata, Desa Trunyan adalah salah satu destinasi wisata yang wajib masuk bucket list. Gimana, tertarik buat mampir nggak nih, Aladiners?
BACA JUGA: 7 Desa Wisata di Bali yang Jadi Incaran Wisatawan
Komentar