Kali ini, Mister mau ajak kalian keliling-keliling NTT. Tempat yang bakal Mister bahas adalah Desa Wologai, desa wisata di provinsi beribu kota Kupang itu. Asyik banget, lho, kalau kalian mengunjungi desa ini, soalnya kalian bisa liburan sambil nambah pengetahuan. Senengnya dapet, ilmunya dapet. Yuk, langsung aja kita mulai eksplorasi di Desa Wologai!
Welcome to Wologai Traditional Village. Begitulah bunyi tulisan pada papan putih yang akan menyambut pengunjung yang tiba di Desa Wologai. Sekitar 50 meter dari papan selamat datang tersebut, ada sebuah pohon beringin yang konon katanya ditanam oleh leluhur Desa Wologai. Usia pohon tersebut diperkirakan sama dengan usia Desa Wologai, yakni 8 abad alias 800 tahun. Tua sekali, ya.
Apa, sih, daya tarik dari Desa Wologai? Rumah adat tentunya. Rumah-rumah adat di sana posisinya melingkar. Melingkari apa? Melingkari tubu kanga. Tubu kanga, yang merupakan pusat dari rumah adat, adalah pelataran dengan tumpukan batu yang difungsikan sebagai tempat pelaksanaan upacara adat. Tidak boleh sembarang orang masuk ke tubu kanga.
Terdapat 18 rumah di Desa Wolagai. Sebelumnya, ada lebih dari itu, namun hangus terbakar pada 2012. Rumah-rumah di desa seluas 1 hektare itu tidak semuanya digunakan sebagai tempat tinggal. Ada rumah suku yang digunakan sebagai tempat penyimpanan pusaka alias benda peninggalan nenek moyang. Ada pula rumah besar yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan upacara adat.
Sumber: https://www.kompasiana.com/achiw/59f987938dc3fa6e433aba42/berbincang-dengan-papa-aloy-tetua-desa-adat-wologai?page=all (by Astri Mayasari)
Rumah adat penduduk Wologai terdiri dari tiga bagian, yakni kolong, ruang tengah, dan loteng. Kolong untuk tempat memelihara ternak. Ruang tengah untuk tempat tinggal. Loteng untuk tempat menyimpan barang yang dipergunakan dalam upacara adat.
Terbuat dari apakah rumah adatnya? Kayu. Sementara itu, atapnya terbuat dari ijuk. Dulu, atapnya terbuat dari alang-alang. Kenapa lantas diganti dengan ijuk? Itu karena ijuk lebih tahan lama dibanding alang-alang. Jika menggunakan alang-alang, maka penduduk harus menggantinya setiap 3 tahun sekali. Jika menggunakn ijuk, bisa bertahan sampai puluhan tahun.
Ada yang unik, lho dari rumah adat penduduk Wologai. Apa, tuh? Pada beberapa rumah, di bagian depan, terpajang pahatan berbentuk payudara. Jangan berpikir aneh-aneh. Pahatan itu hanyalah simbol bahwa sang empunya rumah adalah seorang wanita.
Tubu kanga, pusat rumah adat di desa Wologai (sumber: https://www.kompasiana.com/achiw/59f987938dc3fa6e433aba42/berbincang-dengan-papa-aloy-tetua-desa-adat-wologai?page=all (by Edy Suherli/Fimela.com)
Rumah-rumah adat di Desa Wologai punya beberapa nama, misalnya saopanggo, attawolo, saolabo, lewabewa, dan analamba. Jika ingin membangun rumah adat, penduduk harus menjalani ritual khusus bernama naka wisu. Dalam ritual tersebut, penduduk menyembelih seekor ayam lalu pada jam 12 malam pergi ke hutan untuk menebang pohon yang nantinya digunakan sebagai bahan membangun rumah.
Terdapat dua ritual besar yang digelar penduduk Desa Wologai, yakni keti uta dan ta’u nggua. Keti uta adalah saat untuk memanen padi, sedangkan ta’u nggua adalah saat untuk menumbuk padi. Puncak acara ta’u nggua disebut pire di mana saat itu penduduk beristirahat dari kegiatan sehari-hari selama 7 hari.
Ketika kalian mengunjungi desa tersebut, kalian bisa membeli souvenir hasil karya para penduduk. Ada yang berupa boneka kayu. Ada pula yang berupa anyaman. Selain dari membuat souvenir, sumber penghasilan penduduk berasal dari beternak, berkebun, dan mengolah kopi serta biji kenari.
Sumber: https://www.kompasiana.com/achiw/59f987938dc3fa6e433aba42/berbincang-dengan-papa-aloy-tetua-desa-adat-wologai?page=all (by Astri Mayasari)
Jika kalian berkunjung pada Minggu, kalian bisa melihat aktivitas para penduduk yang tengah bermain poker. Penduduk di sana, baik perempuan maupun laki-laki, biasa mengisi waktu luang di hari Minggu dengan bermain poker.
Kalau sudah puas menyusuri Desa Wologai, jangan langsung beranjak. Ada satu tempat wisata terkenal yang berlokasi tidak jauh dari desa tersebut. Apa itu? Danau Kelimutu! Jaraknya hanya 30 menit berkendara. Puas melihat keindahan Desa Wologai, langsung cus melihat keindahan Danau Kelimutu yang terkenal sebagai danau tiga warna.
Komentar