Ada pemandangan unik saat kamu mengunjungi Dataran Tinggi Dieng di Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara, Jawa Tengah. Di desa-desa sekitarnya, kamu bakal nemuin anak-anak, baik perempuan maupun laki-laki yang rambutnya gimbal. Bukan karena malas merawat rambut, itu adalah hal yang terjadi begitu saja.
Biasanya, anak-anak yang berambut gimbal adalah yang berusia 40 hari - 8 tahun. Tanda-tanda jika rambut si anak akan menggimbal adalah ia demam selama berhari-hari plus kejang. Begitu demamnya sembuh, rambutnya akan berproses menjadi gimbal.
Ada dua versi yang beredar tentang asal mula anak-anak berambut gimbal. Versi pertama, anak-anak tersebut adalah titisan Kiai Kalodete, tetua Wonosobo. Dikisahkan Kiai Kalodete gak kuat menahan beban dari rambut gimbalnya yang begitu berat. Ia pun berbagi beban rambut gimbalnya itu dengan keturunannya hingga kini ada banyak anak berambut gimbal di sekitar Dataran Tinggi Dieng.
Sumber: http://blog.topindonesiaholidays.com/?p=2178
Versi kedua, anak-anak tersebut merupakan titisan sepasang suami istri Kiai Kalodete dan Dewi Roro Ronce. Kalau dia laki-laki, dia adalah titisan Kalodete. Kalau dia perempuan, dia adalah titisan Roro Ronce. Roro Ronce adalah abdi Nyai Roro Kidul, penguasa pantai selatan. Ia dn Kalodete mendapat tugas dari Nyai Roro Kidul untuk menyejahterakan rakyat. Konon , penanda kesejahteraan rakyat ialah dengan lahirnya anak-anak berambut gimbal.
Apa pun versinya dan bagaimana pun kisahnya, keberadaan anak-anak berambut gimbal atau yang biasa disebut anak gembel merupakan fenomena unik yang hanya bisa ditemukan di Dieng. Tentu saja, rambut gimbal itu gak selamanya melekat pada anak-anak tersebut. Terdapat sebuah ritual untuk memotong rambut gimbal.
Sebelum ritual itu dilaksanakan, orangtua harus mengabulkan apa pun yang diminta oleh anak. Apa pun harus dituruti, gak peduli seberapa anehnya permintaan itu. Perlu diketahui, pemotongan rambut gimbal harus dilakukan melalui ritual itu. Jika dilanggar, anak bisa sakit-sakitan.
Sumber: https://lifestyle.okezone.com/read/2018/08/10/196/1934933/menilik-anak-gimbal-dieng-dan-kisahnya-yang-di-luar-nalar (diambil dari Ist)
Ada, sih, yang permintaannya sederhana dan normal, seperti baju, es krim, dan boneka. Tapi, gak jarang anak-anak berambut gimbal itu punya permintaan aneh-aneh. Nih, ya, mereka minta perhiasan emas, kambing, marmut, dan anak sapi.
Bahkan, ada yang minta untuk berfoto bersama burung merak yang sedang merentangkan sayapnya. Alamak! Bisa pusing tujuh keliling, tuh, orangtuanya. Tapi, sekali lagi, semua itu harus dipenuhi karena kalau gak, maka proses pemotongan rambut gak bisa dilaksanakan.
Saat hari pelaksanaan ritual tiba, anak-anak gembel itu memakai atasan putih dan bawahan kain batik. Di bagian kepala, terpasang ikat kepala putih. Mereka berkumpul di rumah tetua adat di Desa Batur, Kabupaten Banjarnegara. Di rumah itu, tersedia barang-barang yang mereka minta. Ada pula sesajen berupa nasi tumpeng, jajan pasar, dan buah-buahan.
Sumber: http://www.siaranindonesia.com/baca/20170725/dieng-culture-festival-2017-perpaduan-kesenian-modern-dan-tradisional-di-negeri-atas-awan.html
Dari rumah tetua adat, anak-anak berambut gimbal diarak menuju kompleks Dharmasala, bagian dari Candi Arjuna. Di situ, rambut mereka dijamas dengan air yang berasal dari mata air Sendang Sedayu. Dari kompleks Dharmasala, anak-anak menuju pelataran Candi Arjuna. Di situlah ritual pemotongan rambut gimbal dilakukan yang diawali dengan lantunan tembang Jawa. Pihak yang memotong rambut adalah para sesepuh dan pejabat.
Potongan rambut anak-anak tersebut kemudian dilarung ke Telaga Warna. Usai ritual dilakukan, anak-anak gak akan lagi berambut gimbal. Rambut mereka akan tumbuh normal layaknya orang pada umumnya.
Ritual pemotongan rambut merupakan salah satu atraksi yang menarik perhatian wisatawan yang menghadiri Dieng Culture Festival. Yup, ritual pemotongan rambut gimbal merupakan rangkaian dari festival yang diselenggarakan tiap tahun selama 3 hari 2 malam itu. Tahun ini, Dieng Culture Festival diselenggarakan pada 2—4 Agustus.
Komentar