Tradisi Iduladha di Indonesia - Salah satu perayaan paling suci dalam agama Islam adalah Iduladha. Iduladha biasa dikenal dengan sebutan Lebaran Haji. Salah satu hari besar umat muslim ini memiliki sejarah, yaitu Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang dengan ikhlas menjalankan perintah Allah SWT yakni dengan menyembelih Ismail.
Allah menguji kesabaran Nabi Ibrahim dengan perintah untuk menyembelih anaknya tercinta. Dengan taat, keduanya ikhlas menjalankan perintah Allah. Kemudian Allah gantikan dengan sembelihan besar berupa domba jantan dari surga. Merujuk pada amalan kisah tersebut, umat Muslim menjalankan perintahNya dengan menyembelih hewan kurban pada saat Iduladha.
Di Indonesia, masing-masing daerah mempunyai caranya tersendiri untuk merayakan Iduladha. Merangkum dari berbagai sumber, berikut beberapa tradisi Iduladha di Indonesia:
Meugang, Aceh
Tradisi Meugang di Aceh merupakan tradisi yang sudah dimulai sejak tahun 1907. Meugang merupakan tradisi memasak daging satu hari sebelum Ramadan, Idulfitri, maupun Iduladha. Hasil masakannya kemudian dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Menariknya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahkan telah memasukan meugang menjadi warisan budaya tak benda sejak tahun 2016.
Manten Sapi, Pasuruan
Manten sapi biasanya dilaksanakan pada H-1 Iduladha. Dalam pelaksanaannya, masyarakat mendandani sapi yang hendak dikurbankan seperti layaknya pengantin. Kebiasaan ini biasa dilakukan dengan mengalungkan sapi dengan bunga tujuh rupa, lalu dibalut dengan kain kafan, sorban dan sajadah. Setelah didandani, semua sapi akan diarak menuju masjid setempat untuk diserahkan kepada panitia kurban. Tradisi Manten Sapi merupakan bagian dari syiar agama untuk mengingatkan pentingnya berkurban. Setelah memotong sapi tersebut, dagingnya akan dibagikan kepada orang yang berhak.
Mape Kasur (Jemur Kasur), Banyuwangi
Tradisi Mepe kasur (jemur Kasur) merupakan tradisi unik yang berasal dari Desa Kemiren, Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur. Biasanya, kasur yang dipakai merupakan kasur gembil yang berwarna merah dan hitam. Warna merah berarti berani dan hitam berarti langgeng.
Tradisi yang dilakukan menjelang Idul Adha ini memiliki makna untuk menolak bala dari bencana atau penyakit dan menjaga agar rumah tangga tetap harmonis. Sebelum tradisi jemur kasur dimulai, biasanya akan diadakan tarian gandrung terlebih dahulu. Kasur kemudian akan dijemur dari pagi hingga sore hari sambil dipukul dengan rotan atau sapu lidi agar bersih.
Source: denmasdeni.blogspot.com
Toron, Madura
Bagi masyarakat Madura, terdapat tiga peringatan penting untuk melakukan tradisi Toron ini, yakni pada saat lebaran Hari Raya Idul Ftri, Hari Raya Idul Adha dan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Pada saat Hari Raya Idul Adha, tradisi Toron ini umumnya dilakukan oleh masyarakat yang bermukim di wilayah pedesaan yang masih kental kuat tradisi kekerabatannya. Toron (bahasa Madura) artinya Turun, Turun bagi orang madura bermakna Turun ke bawah, artinya orang madura yang sedang merantau, menikah, bekerja ke luar daerah, maka mereka akan mudik atau pulang ke kampung halamannya.
Grebeg Gunungan, Yogyakarta
Tradisi Grebeg Gunungan dilaksanakan dengan cara mengarak hasil bumi dari halaman Keraton sampai Masjid Gede Kauman oleh para umat muslim. Arak-arakan hasil bumi ini berjumlah tiga buah gunungan yang tersusun dari rangkaian sayur-mayur dan buah-buahan. Masyarakat Yogyakarta percaya bahwa jika berhasil mengambil hasil bumi yang disusun dalam bentuk gunungan, maka bisa mendatangkan rezeki. Hingga tak heran jika ada banyak masyarakat yang berpartisipasi dalam setiap Grebeg Gunungan.
Source: manyaran.semarangkota.go.id
Apitan, Semarang
Tradisi Apitan terdiri dari pembacaan do'a, arak-arakan hasil tani dan hasil ternak, kemudian dilanjutkan dengan perebutan hasil tani dan hasil ternak yang diarak oleh warga setempat. Sekilas, Tradisi Apitan mirip dengan tradisi Grebeg Gunungan. Hal ini bertujuanini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki berupa hasil bumi yang telah diberikan oleh Tuhan.
Kaul Negeri dan Abda’u, Maluku Tengah
Tradisi Kaul dan Abda'u yaitu tradisi penyembelihan hewan kurban dilaksanakan dua kali yaitu setelah salat Id untuk umum dan penyembelihan tiga ekor kambing secara khusus. Sebelum disembelih, tiga kambing tersebut digendong menggunakan kain oleh pemuka adat dan agama dan diarak menuju masjid sambil diiringi alunan dzikir dan shalawat. Penyembelihan dilakukan sesudah Ashar. Ini bertujuan untuk menolak bala dan sebagai permohonan perlindungan kepada Allah bagi negeri dan masyarakat Tulehu.
Ngejot, Bali
Tradisi Ngejot ialah tradisi yang berarti ‘memberi’. Pelaksanaan tradisi ini dilakukan dengan cara membagi-bagikan makanan dan minuman kepada tetangga sebagai ungkapan terima kasih serta sebagai wujud toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Tradisi Ngejot tidak hanya dilakukan saat menjelang Idul Adha, melainkan juga dilakukan umat Hindu saat Hari Raya Nyepi, Galungan, dan Kuningan.
Komentar