Kematian orang terkasih memang menyedihkan, akan tetapi untuk memperingatinya tidak harus selalu dilakukan dengan kesedihan pula. Sebaliknya, mengenang arwah keluarga atau kerabat yang sudah meninggal dapat dilakukan dengan cara-cara unik, seperti 6 ritual kematian di bawah ini. Ada yang membuat kerajinan tangan, mengarak tengkorak, sampai menggali kubur.
1. Pitru Paksha, India
Ritual kematian pertama datang dari India. Ritual yang bernama Pitru Paksha tersebut berlangsung selama 16 hari dan merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur yang meninggal. Asal-usul ritual ini adalah kisah dalam mitologi Hindu tentang prajurit Karna yang ketika mati dan tiba di surga diberi makan berupa emas. Ia tidak memperoleh makanan yang wajar layaknya nasi dan lauk-pauk.
Itu karena selama hidup, barang yang Karna berikan kepada sesama yang tidak mampu ialah emas dan perhiasan lain. Ia tidak pernah memberi makanan. Dewa Indra, dewa yang ia temui di surga, mengizinkannya untuk kembali ke bumi selama 16 hari untuk memberi makanan kepada orang yang membutuhkan supaya saat di surga ia juga bisa memperoleh makanan.
Sumber: https://medium.com/vanamali-mataji/mahalaya-paksha-a5cc15b8f959
Apa yang dilakukan warga India dalam ritual Pitru Paksha? Pertama, mereka mempersembahkan sajian makanan berupa bola-bola nasi yang disebut pind daan. Kedua, mereka menyajikan minuman berupa air mineral yang dicampuri gandum dan bijian-bijian. Tujuannya adalah untuk menyenangkan arwah leluhur. Ritual ini bisa dilakukan di rumah, candi, ataupun di sungai.
Lantas, apa yang unik dari ritual Pitru Paksha? Selama 16 hari periode ritual, warga dilarang keramas, memotong kuku, bercukur, membeli baju baru, mencuci baju, dan bertamu ke rumah orang. Yang lebih unik adalah warga bahkan dilarang untuk bertemu dengan kekasih. Waduh….
2. Hungry Ghost, China
Sumber: http://www.orderofthegooddeath.com/hungry-ghost-festival-time-feed-dead (foto oleh Nathan Tsui)
Ritual kematian di China disebut Hungry Ghost atau hantu lapar. Ritual ini dilaksanakan pada bulan ketujuh menurut penanggalan China. Diyakini bahwa pada bulan ketujuh, arwah orang yang meninggal bangkit dari alam kubur dan turun ke bumi untuk mengunjungi kerabatnya yang masih hidup. Dalam ritual ini, warga China harus mengosongkan beberapa kursi di meja makan. Kursi yang kosong tersebut disediakan bagi para arwah. Jadi, seolah-olah para arwah makan bersama dengan mereka. Hmmmm, lumayan serem, ya.
Ketika masa pelaksanaan ritual berakhir, warga harus mengantarkan para arwah kembali ke alam baka. Hal tersebut ditandai dengan penghanyutan lentera berbentuk bunga teratai di sungai. Keunikan dari ritual Hungry Ghost adalah warga harus membuat “kerajinan tangan” dari karton yang dibentuk menyerupai uang, baju, dan perhiasan emas. Seluruhnya lalu dibakar. Itu adalah simbol untuk memberi makan para arwah. Larangannya pun nggak kalah unik, misalnya nggak boleh bersandar di tembok. Saat bersandar di tembok, kamu bakal dikelilingi banyak hantu dan bisa-bisa kamu kesurupan. Widihhh….
3. Lemuria, Italia
Sumber: http://porcelainpumpkin.blogspot.com/search?q=lemuria
Ritual Lemuria di Italia berawal dari kisah Romulus dan Remus, dua bersaudara penemu Kota Roma. Singkat cerita, Remus dan Romulus terlibat perselisihan dalam perjalanan mereka menemukan Kota Roma. Perselisihan tersebut membuat Romulus membunuh Remus. Suatu malam, diceritakan arwah Remus yang berlumuran darah muncul di kamar Romulus. Untuk menenangkan sekaligus melenyapkan arwah Remus, terciptalah ritual Lemuria. Lemuria diambil dari kata lemures yang berarti arwah yang tidak tenang karena tidak dimakamkan dengan layak.
Dibandingkan Pitru Paksha dan Hungry Ghost, ritual Lemuria jauh lebih unik, bahkan terkesan nyeleneh. Dalam ritual ini, kepala keluarga bangun tengah malam lalu mencuci tangannya sebanyak tiga kali. Sesudahnya, ia berjalan menyusuri satu isi rumah sambil melempar kacang melewati pundak dan berkata, “Jadikan kacang ini sebagai penebus bagi saya dan leluhur saya”. Saat kepala keluarga sibuk melempar-lempar kacang, anggota keluarga yang lain memukul-mukul pot dan panci sambil berkata, “Pergilah hantu leluhurku”.
Kalau kamu ingin tahu lebih lanjut tentang kisah Romulus dan Remus, kamu bisa klik ini.
4. Famadihana, Madagaskar
Di Madagaskar, negara yang terletak di Benua Afrika, ritual kematian Famadihana dilakukan oleh suku Malagasi. Dalam ritual itu, warga mendatangi kuburan untuk membungkus mayat yang telah berubah menjadi tulang-belulang dengan kain kafan yang baru. Itu merupakan wujud cinta warga terhadap anggota keluarganya yang telah meninggal.
Ritual Famadihana dilakukan setiap 5, 7, atau 9 tahun sekali. Jadi, nggak heran apabila mayat sudah berubah menjadi tulang-belulang. Warga menggali kuburan tempat anggota keluarganya dimakamkan, mengambil mayat, lalu membungkus mayat itu dengan kain kafan baru. Warga menggali kuburan tempat anggota keluarganya dimakamkan, mengambil mayat, membuka kain kafan yang membungkusnya, lalu membungkusnya dengan kain kafan baru. Yup, dalam Famadihana, warga benar-benar memegang mayat. Coba bayangin kalau kamu yang melakukan ritual ini. Merinding nggak, sih?
Sumber: https://www.exposingsatanism.org/ancient-madagascan-ritual-called-famadihana-causing-black-plague-to-spread/ (diambil dari AFP or licensors)
Proses ritual Famadihana nggak berhenti sampai mayat dibungkus dengan kain kafan baru. Selanjutnya, warga menggotong mayat lalu berputar mengelilingi makam sambil menari-nari. Gerakan berputar melambangkan rotasi bumi sekaligus menandakan siklus kehidupan baru. Kenapa siklus kehidupan baru? Menurut kepercayaan masyarakat setempat, ketika mayat diletakkan kembali ke dalam kubur, mayat tersebut memasuki fase kehidupan baru sebagai leluhur.
Mayat harus diletakkan kembali ke dalam kubur sebelum matahari terbenam. Ini untuk menghindari energi negatif yang terkandung saat malam hari. Sebelum dikembalikan ke kubur, mayat disemprot dengan cairan alkohol. Di dalam kubur pun sudah tersedia sejumlah uang hasil sumbangan para warga.
Ingin merasakan sensasi merinding ritual Famadihana? Tonton videonya di halaman ini.
5. Dia de Los Natitas, Bolivia
Pawai tengkorak. Itulah pemandangan yang kamu lihat saat suku Ameyra di Bolivia, negara di Amerika Selatan, melaksanakan ritual Dia de Los Natitas. Dalam ritual yang diselenggarakan pada awal November itu, kepala tengkorak dari anggota keluarga yang sudah meninggal diletakkan dalam kotak dan didandani sedemikian rupa. Kepala-kepala tengkorak tersebut dihias dengan bunga berwarna-warni, topi, atau pita. Ada juga yang dipasangi kacamata dan perhiasan. Pokoknya dirias sekece mungkin, deh. Semakin kece riasan di kepala tengkorak, semakin banyak berkat yang akan diperoleh keluarga tersebut.
Setelah dirias, kepala-kepala tengkorak tadi diarak sepanjang jalan menuju pemakaman. Parade tengkorak tersebut semakin meriah dengan pertunjukkan band. Masyarakat setempat percaya bahwa ritual Dia de Los Natitas membuat arwah orang yang sudah meninggal bisa hidup tenang di alam baka. Jika hidup tenang, dipercaya arwah tersebut akan membantu keluarganya yang masih ada di dunia untuk hidup sejahtera dan bahagia.
Sumber: https://theculturetrip.com/south-america/bolivia/articles/welcome-to-natitas-bolivias-festival-of-the-skulls/ (diambil dari Juan Karita/ AP/ REX/ Shutterstock)
Menurut keyakinan suku Ameyra, manusia memiliki tujuh jiwa. Ketika meninggal dan sudah dikubur, enam jiwa menuju surga, sementara satu jiwa masih tertahan sampai mayat berubah jadi tengkorak. Setelah sekian lama terkubur, keluarga almarhum menggali kubur dan mengambil kepala tengkorak. Ini bertujuan untuk melepaskan jiwa yang tertahan di situ. Kepala tengkorak tersebut lantas disimpan di rumah untuk nantinya diarak pada ritual Dia de Los Natitas.
Kalau kamu masuk rumah suku Ameyra, kamu bakal nemuin kepala-kepala tengkorak di dalamnya. Sehari-hari mereka memang hidup bersama kepala tengkorak. Ngeri juga ya….
6. Dia de Los Muertos, Meksiko
Sumber: https://courtwoodinn.com/2018/08/dia-de-los-muertos-in-murphys-ca/
Ritual Dia de Los Muertos diselenggarakan setiap 1—2 November. Tanggal tersebut merupakan hari libur nasional di Meksiko. Saat ritual ini berlangsung, warga tumpah ke jalanan dan berparade dengan wajah dirias menyerupai tengkorak. Selain bersenang-senang dalam parade, warga juga mendatangi makam anggota keluarga mereka yang meninggal. Mereka membersihkan makam dan membawa persembahan, seperti lilin, bunga, makanan, dan minuman. Di rumah, mereka memasang ofrendas (altar) yang di atasnya terdapat, antara lain foto almarhum, tengkorak, permen berbentuk tengkorak, dan barang-barang kesukaan almarhum semasa masih hidup. Masyarakat setempat percaya, saat ritual Dia de Los Muertos berlangsung, para arwah akan turun ke bumi dan berbaur dengan keluarga mereka.
Komentar